Aitinyo, Maybrat ,wabumpapua.com— Perayaan Hari Ulang Tahun Pekabaran Injil (HUT PI) ke-89 di Bumi A3 menjadi momentum penting bagi masyarakat Aitinyo untuk memperkuat persatuan dan menghormati sejarah iman yang telah diwariskan oleh para leluhur. Tokoh muda dan intelektual Aitinyo, Andrison Sanggek, S.Pd, menyerukan agar peringatan HUT PI menjadi wadah untuk menyatukan kembali seluruh masyarakat Aitinyo tempo dulu.
Dalam refleksinya, Andrison mengingatkan kembali sejarah awal masuknya Injil di tanah A3, yang dibawa oleh Abraham Monsafe, Raja Kais, bersama dua rasul dari Maluku (Ambon), yakni Yakobus Solissa dan Yohan Frans, pada 17 Januari 1937. Sejak saat itu hingga tahun 2012, pusat perayaan HUT Pekabaran Injil dilaksanakan di Aitinyo, tepatnya di Tugu Mafa Sair, sebagai simbol sejarah dan iman umat Kristen di wilayah tersebut.
Namun, sejak berdirinya Kabupaten Maybrat dan kepemimpinan bupati pertama, terjadi perubahan lokasi perayaan HUT PI menjadi dua tempat, yakni Ikowok dan Aitinyo. Perubahan ini memunculkan perbedaan pandangan di kalangan masyarakat, antara pihak Ikowok/Yaksoro dan Aitinyo, yang hingga kini masih menjadi bahan diskusi dan perdebatan.
Menanggapi hal tersebut, Andrison Sanggek menegaskan pentingnya menjaga warisan iman dan menghormati keputusan rohani yang telah ditetapkan oleh para pendahulu.
“Firman Tuhan berkata, apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada orang-orang terdahulu, janganlah sekali-sekali engkau menggeserkannya,” ujar Andrison, kamis(30/10/2025).
Sebagai generasi muda yang peduli pada tanah Aitinyo, ia mengajak seluruh masyarakat untuk tidak mengubah ketetapan yang telah menjadi bagian dari sejarah iman bersama.
“Kita tidak boleh kehilangan berkat kepemimpinan seperti para pendahulu. Jangan merubah apa yang telah Tuhan tetapkan bagi kita, apalagi dengan membangun tugu kedua,” tegasnya.
Dalam rapat bersama masyarakat, Andrison Sanggek, S.Pd, juga ditunjuk sebagai panitia pelaksana HUT PI di Bumi A3, sebagai bentuk kepercayaan dan tanggung jawab untuk mengembalikan semangat kebersamaan umat di tanah Aitinyo.
Melalui perayaan ini, masyarakat berharap agar semangat persaudaraan dan kasih Kristus yang telah diwariskan sejak tahun 1937 terus hidup dan menjadi fondasi bagi generasi penerus Aitinyo di masa depan.



komentar terbaru